Sunday, January 25, 2015

Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia

Setelah sekian lamanya berjuang pontang-panting jungkir balik matia-matian menyelesaikan skripsi akhirnya aku dinyatakan lulus menyandang gelar Sarjana Pendidikan pada 7 Maret 2013. Sebuah gelar yang tidak sesederhana kedengarannya. Sungguh, menjadi seorang pendidik tidak seremeh temeh itu. Namun, tahu apalah aku saat itu yang hanya seorang sarjana anyaran, belum ada pengalaman apa-apa. Tahu apa aku soal tanggung jawab besar seorang guru, sosok yang dalam bahasa jawa bermakna digugu lan dituru, bukan yang wagu tur saru, apalagi yen dina Minggu gawene turu

Bukan alasan-alasan klise semacam "mengabdi untuk ibu pertiwi" yang awalnya membuatku ikut mendaftar program ini. Jujur, hatiku mungkin tidak semulia itu, pun tidak seidealis itu. Kebanyakan alasan yang meluncur di pikiranku saat mendengar tentang program dari pemerintah ini malah cenderung pragmatis. Uang saku yang lebih dari upah bulanan seorang guru honorer di Jawa; beasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru) gratis dan berasrama serta sertifikasi yang akan didapat setelah pelaksanaan program ini; dan pengalaman mengunjungi tempat-tempat terpencil nan indah di Indonesia, hal-hal itulah yang awalnya mendorongku mendaftarkan diri pada sebuah program dari Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertajuk "Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia" melalui program "Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T)".

Melalui berbagai proses pendaftaran dengan menyerahakan persyaratan administrasi, psikotes, uji kompetensi akademik, tes wawancara, dan tes kesehatan akhirnya terpilihlah aku sebagai salah satu peserta program SM-3T untuk LPTK Universitas Negeri Semarang (UNNES). Sebelum diterjunkan ke daerah 3T kami semua wajib mengikuti Program Prakondisi SM-3T untuk mempersiapkan mental dan fisik peserta SM-3T agar mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri  dengan kondisi di daerah tugas nanti. Program Prakondisi ini dilakukan selama 12 hari pada 1-12 September 2013 di Salatiga.

Pada saat kegiatan Prakondisi di Salatiga

Dalam kegiatan Prakondisi ini kami dibekali berbagai kemampuan dan keterampilan untuk beradaptasi di lingkungan yang sulit. Kondisi sosial masyarakat yang tentu saja memiliki adat istiadat yang sangat berbeda. Kami dibekali kemampuan survival oleh beberapa prajurit TNI yang ikut mengisi materi Prakondisi untuk dapat bertahan hidup di lingkungan geografis yang ekstrim. Selain itu kami juga diberi gambaran tentang kehidupan masyarakat di daerah 3T. Para siswa berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya tanpa alas kaki untuk pergi ke sekolah yang bahkan gurunya tidak berangkat. Kondisi seperti ini membuatku sadar betapa tidak meratanya pembangunan di negeri ini khususnya di sektor pendidikan. Karena siapa? Salah siapa? Tak usahlah menyalahkan siapa-siapa, jangan pula salahkan sang kodok

Bagaimana pendidikan bisa merata sampai ke pelosok negeri ini kalau guru-guru mudanya masih punya pikiran pragmatis macam saya ini. Alasanku mengikuti program inipun mulai sedikit berubah. Ah, bukan... masih belum se"mulia" yang tadi. Aku hanya ingin memberi sedikit perubahan buat negeriku ini. Walaupun kecil, tapi jika itu dapat setidaknya menginspirasi guru-guru muda yang lain maka perubahan itu akan menjadi seperti gulungan ombak yang semakin banyak lalu membentuk sebuah gelombang perubahan yang besar. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik.

Dan akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Pada tanggal 26 September 2013 aku bersama 29 orang guru-guru muda yang lain diberangkatkan ke daerah tugas kami. Setelah sebelumnya para peserta yang lain diberangkatkan menuju Kab. Aceh Besar (NAD), Kab. Landak (Kalbar), Kab. Ende (NTT), Kab. Manggarai (NTT), dan Kab. Paniai (Papua), sekarang giliran kami menuju Kabupaten Yahukimo, Papua. Sebuah tempat yang bahkan namanya pun belum pernah kami dengar sebelumnya. Namun, kami sudah siap mengemban tugas ini. Sebuah amanat dan tanggung jawab besar untuk membawa perubahan bagi negeri ini. 

Setidaknya aku pernah berjuang, berusaha menggoreskan sedikit ilmu untuk mereka. Setidaknya aku punya sedikit jawaban saat ada yang bertanya "apa yang sudah kau lakukan untuk negerimu?".
How about you? 


"Education is the most powerful weapon we can use to change the world"
~ Nelson Mandela

No comments:

Post a Comment