Saturday, September 25, 2010

Paradoks yang Membingungkan

Sebenarnya apa sih kebenaran itu? Apa hanya sebatas kita menilai sesuatu sebagai "benar" atau jika tidak maka berarti ia "salah"? Orang mengenal matematika sebagai ilmu pasti, yang berisi hitungan-hitungan yang hasilnya pun pasti. Hanya ada benar atau salah. Sesuatu yang "benar" mengandung makna bahwa ia tidak "salah". Hmm, benarkah begitu?
Coba kita cek, :-)

Suatu hari saya berkata, "Saya sedang berbohong".
Apa yang Anda pikirkan? Ada yang aneh? Memang..
Anggaplah pernyataan yang saya katakan tadi merupakan suatu kebenaran.
Berarti saat itu saya memang sedang berbohong..
Sehingga apa yang saya katakan bahwa "saya sedang berbohong" merupakan suatu kebohongan.
Artinya saat itu saya TIDAK sedang berbohong.

Lho? Bukannya di awal tadi telah disepakati bahwa kalimat "saya sedang berbohong" bernilai benar. Tapi kok bisa terjadi kesimpulan yang berbunyi "saya tidak sedang berbohong".
Ya, terjadi kontradiksi dari pernyataan awal tadi.
Di sini kita mendapati bahwa pernyataan awal yang tadi bernilai benar ternyata juga sekaligus bernilai salah.
Bagaimana bisa sesuatu bernilai benar dan salah sekaligus.
Inilah yang dinamakan  paradoks.

Masih bingung? Saya juga. Hehehehehe..

Coba kita tanya-tanya sama Om wiki..
Berikut penjelasan beliau.

Paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada suatu konflik atau kontradiksi.

Paradoks yang saya contohkan di atas merupakan pengembangan dari paradoks tertua dan sangat terkenal di dunia yaitu Paradoks Pembohong (liar paradox) atau Epimenides Paradox yang diungkapkan oleh Epimenides yang hidup di abad 6 SM.

Paradoks itu aslinya adalah sebagai berikut:
"Epimenides si orang Kreta mengatakan bahwa semua orang Kreta adalah pembohong."

Rangkaian premis berikut ini akan membawa kita pada dua kesimpulan yang bertentangan:
  • Jika apa yang dikatakan Epimenides benar, ia bukan pembohong
  • Jika Epimenides bukan pembohong, apa yang dikatakannya tidak benar
  • Jika apa yang dikatakannya tidak benar, ia pembohong.
Kesimpulan pertama: Jadi, ia adalah pembohong.
  • Jika yang dikatakan Epimenides tidak benar, ia adalah pembohong
  • Jika ia pembohong, apa yang dikatakannya tidak benar
  • Jika apa yang dikatakannya tidak benar, maka ia adalah orang jujur, bukan pembohong.(karena ia orang Kreta).
Kesimpulan kedua: ia adalah orang jujur dan bukan pembohong.

Apa yang dikatakan Epimenides sebenarnya secara bersama-sama sekaligus mengandung kebohongan dan kebenaran. Jika kebohongan, berarti ia benar-benar pembohong, dan jika kebenaran, ia adalah seorang yang jujur. 

Dari penjelasan mengenai paradoks yang 'agak' membingungkan ini, apa yang bisa kita peroleh?
Ada pelajaran yang bisa kita ambil.
Bahwa sesungguhnya tidak ada seorangpun yang 100% "selalu-berbohong" atau "selalu-jujur". Intinya nilai benar dan salah tidaklah mutlak. Karena dari paradoks, kita tahu bahwa benar dan salah adalah sekaligus sebuah kontradiksi.
Jangan selalu langsung percaya begitu saja pada apapun.
Apa yang kau lihat dan kau dengar tak selamanya benar, tak selamanya salah.
Mungkin bisa juga keduanya.


"The main bussiness of mathematics is proving theorems."

4 comments:

  1. wuidiiii,,,, didot keren euyyy,,, abis ngimpi dapet ilham ya semalem,
    two thumbs up boy!

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Paradoks kreta membawa ke kesimpulan bahwa benar dan salah harus diinduksi ke sebuah nilai tetap. Sehingga muncullah ilmu matematika yang disebut induksi matematika.

    Induksi matematika nilai dari suatu pernyataan (pernyataan benar, atau salah, atau benar jika kondisi tertentu saja)

    selengkapnya tentang hubungan paradoks kreta dengan induksi matematika bisa dilihat di : https://primaindisoft.com/topik-induksi-matematika-568

    ReplyDelete